Setelah aku memanggilmu, suamiku.

Aku masih lagi menekunimu sama seperti saat pertama kali aku bersetuju menyebutmu kekasih. 

Hari itu aku belajar, kamu tidak pernah menyisir rambutmu sejak ia mulai ikal. 

Esoknya aku melihat kamu asingkan bawang dan tauge di dalam pinggan makanmu, malah sebelum aku menyebutmu suami, aku sudah tahu kamu cuma akan minum air sesudah selesai menyudahkan juadahmu. 

Dan sehingga saat ini, aku sentiasa melihat sabarmu yang selalu ada setiap kali aku hilang arah marah-marah dan membawa rajuk. 
Aku sedang, masih setia menekunimu, suami. 

Biarpun untuk 1000 tahun lagi.