September benar-benar membawa bebanan yang keras, malah langsung tiada berbagi kasihan. Permulaan September yang agak runcing; masalah menyesuaikan diri di edisi baru, notis pemberitahuan mengosongkan rumah yang disewa selama sebulan juga hal-hal remeh lain yang menempel-nempel minta perhatian. Perlahan-lahan aku mulai menjadi manusia yang menjengkelkan. Mulai suka merungut-rungut dan mengungkit hal-hal lalu dan yang paling ajaib, mulai malas melayan karenah-karenah sekeliling. Aduh, betapa bencinya melihat diri sendiri waktu ini.
Aku ditebak mak tempoh hari; katanya tubuhku susut sedikit, dia beranggapan anak perempuan tunggalnya ini susah hati. Aku ketawa lepas; 'gemuk salah, kurus pun salah' kataku.
Yang aku dahagakan waktu ini adalah percutian-percutian nyaman. Ke tempat-tempat yang punya harum yang segar. Tapak tinggalan sejarah, muzium kesenian ataupun kawasan pergunungan yang dingin. Paling tidak pun ke kedai-kedai buku lama (mungkin di Jalan Palasari lagi), yang belum pernah gagal menyuntikkan rasa bahagia. Atau ya Tuhan, terbangkan aku ke kota buku di Yogyakarta. Aku terlalu menginginkannya.
Saat ini, barangkali aku harus memanis telinga dengan Wake Me Up When September Ends ataupun November Rain?
2 comments:
Kayanya No Surprises lebih cocok sama kondisi loe.
I feel you
Post a Comment